Berhias Dengan Akhlak Yang Mulia - MERODJA

Update

Thursday, July 25, 2013

Berhias Dengan Akhlak Yang Mulia

Dan berikut ini adalah beberapa nasehat umum yang telah disampaikan oleh para ulama umat untuk para guru dan pendidik yang kami sampaikan kembali di hadapan para pembaca sekalian. Semoga kita termasuk golongan yang dapat menerima nasehat yang mengajak kepada kebaikan.


Nasehat Kelima :

Sudah menjadi kewajiban bagi seorang pendidik untuk menghiasi dirinya dengan akhlak yang mulia.

Allah `Azza Wa Jalla berfirman:
وَقُلْ لِعِبَادِي يَقُولُوا الَّتِي هِيَ أَحْسَنُ   إِنَّ الشَّيْطَانَ يَنْزَغُ بَيْنَهُمْ   إِنَّ الشَّيْطَانَ كَانَ لِلإنْسَانِ عَدُوًّا مُبِينًا
“Dan katakanlah kepada hamba-hamba-Ku: “Hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar). Sesungguhnya setan itu menimbulkan perselisihan di antara mereka. Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia. (QS. Al-Isro’: 53)
Allah `Azza Wa Jalla berfirman:
وَلا تَسْتَوِي الْحَسَنَةُ وَلا السَّيِّئَةُ   ادْفَعْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ   فَإِذَا الَّذِي بَيْنَكَ وَبَيْنَهُ عَدَاوَةٌ كَأَنَّهُ وَلِيٌّ حَمِيمٌ
“Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia. (QS. Fushilat: 34).

Diriwayatkan oleh Al-Imam At-Tirmidzi di dalam sunannya dari Abi Darda’ bahwa Nabi Muhammad salallahu ‘alaihi wa salam, bersabda,

مَا شَيْءٌ أَثْقَلُ فِي مِيزَانِ الْمُؤْمِنِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ خُلُقٍ حَسَنٍ, وَإِنَّ اللَّهَ لَيُبْغِضُ الْفَاحِشَ الْبَذِيءَ

(قَالَ أَبُو عِيسَى وَفِي الْبَاب عَنْ عَائِشَةَ وَأَبِي هُرَيْرَةَ وَأَنَسٍ وَأُسَامَةَ بْنِ شَرِيكٍ وَهَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ)
 “Tidak ada yang lebih berat bagi timbangan seorang hamba yang beriman pada hari kiamat dari akhlak yang baik dan Allah subhanahu wa ta’ala membenci orang yang berkata kotor lagi kasar”.[1]
Akhlak yang baik mencakup berbagai sisi kehidupan seseorang, baik dari perkataan ataupun dari sisi perbuatannya. Baik  dari aspek ibadahnya kepada Allah `Azza Wa Jalla (Hablum Minallah), maupun dalam interaksinya dengan sesama (Hablum Minannas). Abdullah bin Mubarok berkata,
حسن الخلق: طلاقة الوجه، وبذل المعروف، وكفُّ الأذى
“Akhlak yang baik itu adalah wajah yang berseri, memberikan kebaikan, menolak gangguan”
Maka dengan ini kami ingin menasehati diri kami sendiri dan para pendidik secara umum agar senantiasa berhias dengan akhlak yang mulia, dan mengedepankan sikap lemah lembut ketika berinteraksi. Terutama kepada rekan satu institusi, kepada para siswa, dan orang tua wali murid.
Diriwayatakan oleh Muslim di dalam kitab shahihnya dari Aisyah radhiyallahu’anha bahwa Nabi Muhammad salallahu ‘alaihi wa salam bersabda,
إِنَّ الرِّفْقَ لَا يَكُونُ فِي شَيْءٍ إِلَّا زَانَهُ وَلَا يُنْزَعُ مِنْ شَيْءٍ إِلَّا شَانَهُ
 “Sesungguhnya sikap lembut itu tidak terdapat dalam sesuatu kecuali dia akan menghiasinya dan tidaklah dia tercabut dari sesuatu kecuali dia akan menjadi cacat”.[2]
Dan Nabi Muhammad salallahu ‘alaihi wa salam adalah orang yang paling baik akhlaknya, maka barangsiapa yang menginginkan untuk menghiasi dirinya dengan akhlak yang mulia, maka hendaklah dia mentauladani Nabi Muhammad salallahu ‘alaihi wa salam. Diriwayatkan oleh Al-Imam At-Tirmidzi di dalam kitab sunannya dari Anas radhiyallahu’anhu berkata,

خَدَمْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَشْرَ سِنِينَ. فَمَا قَالَ لِي أُفٍّ قَطُّ

وَمَا قَالَ لِشَيْءٍ صَنَعْتُهُ لِمَ صَنَعْتَهُ.  وَلَا لِشَيْءٍ تَرَكْتُهُ لِمَ تَرَكْتَهُ

(قَالَ أَبُو عِيسَى وَفِي الْبَاب عَنْ عَائِشَةَ وَالْبَرَاءِ وَهَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ)
“Aku telah mengabdi kepada Nabi Muhammad salallahu ‘alaihi wa salam, selama sepuluh tahun dan beliau tidak pernah berkata kepadaku “cih” sedikitpun, dan tidak pernah berkata kepadaku karena sesuatu yang aku kerjakan: Kenapa engkau perbuat?. Dan tidak pernah pula mencelaku karena sesuatu yang aku tinggalkan: Kenapa engkau tidak mengerjakannya?. [3]
Dan disinilah peran penting seorang pendidik dalam mengajarkan kepada para anak didiknya dengan berbagai adab-adab yang baik, akhlak yang mulia, seperti adab di dalam majlis ilmu, menghormati guru dan orang yang lebih dewasa, adab terhadap teman dan shahabat, membiasakan mereka berkata yang baik, menjauhkan mereka dari kata-kata yang buruk dan pengajaran-pengajaran lainnya berupa adab serta sifat yang mulia.
Sebagai penutup, kami mengajak diri kami secara khusus dan kepada para pendidik secara umum untuk terus belajar, memperbaiki diri, dan secara terus menerus meningkatkan kompetensinya sebelum (memperbaiki) yang lain termasuk anak didik kita sendiri. Jangan karena kita sudah dipandang sebagai pak guru, pak ustadz, pak kiyai, lalu kita tidak mau untuk terus belajar dan memperbaiki diri kita.
Dan Terakhir … Dari Ziyad bin ‘Ilaqoh dari pamannya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah membaca sebuah do’a,
اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنْ مُنْكَرَاتِ الأَخْلاَقِ وَالأَعْمَالِ وَالأَهْوَاءِ
“Yaa Allah, aku berlindung kepadamu dari akhlaq, amal dan hawa nafsu yang mungkar” (HR. Tirmidzi no. 3591, shahih)
Dan segala puji bagi Allah subhanahu wa ta’ala Rabb semesta alam. Semoga shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi kita Muhammad salallahu ‘alaihi wa salam, beserta keluarga, shahabat serta seluruh pengikut beliau hingga akhir zaman nanti. Selesai.
(Terinspirasi dari Kitab: “Ad-Durarul Muntaqoot Minal Kalimaatil Mulqoot Duruus Yaumiyyah”, halaman 645-649, oleh Dr. Amin bin `Abdillah Asy-Syaqaawiy).

[1] Al-Tirmidzi: 4/362 no: 2002 dan Al-Tirmidzi berkata: hadits hasan shahih
[2] Hr. Muslim: no: 2593
[3] HR. Turmudzi: 4/368 no: 2015 dan asalanya pada as-shahihain

No comments: