لاَ تَزُولُ قَدَمَا عَبْدٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ عُمْرِهِ فِيمَا أَفْنَاهُ وَعَنْ عِلْمِهِ فِيمَا فَعَلَوَعَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيمَا أَنْفَقَهُ وَعَنْ جِسْمِهِ فِيمَا أَبْلاَهُ”Tidak bergeser kaki kedua kaki seorang hamba pada hari kiamat, hingga ditanya tentang empat perkara, tentang umurnya untuk apa dihabiskan, ilmunya bagaimana dia amalkan, hartanya dari mana ia dapatkan dan untuk apa ia belanjakan dan tentang tubuhnya bagaimana dia memanfaatkanya.” (HR. at-Tirmidzi, dan menurut beliau derajatnya hasan shahih)
Siapakah
yang bertanya dalam hadits ini? Dia adalah Allah Subhanahu wa Ta'ala
Rabb/Tuhan semesta alam, pada hari di mana seseorang tidak bisa memberi
manfaat kepada selainnya dan keputusan hari itu hanya ada di tangan
Allah Subhanahu wa Ta'ala. Apakah sudah engakau persiapkan jawaban untuk
pertanyaan-pertanyaan diatas?
Benar,
kita akan ditanya pada hari kiamat tentang perkara-perkara di atas, dan
yang paling penting adalah tentang umur kita yang itu adalah rangkaian
dari menit-menit dan detik-detik, yang nafas-nafas kita berhembus dan
tidak mungkin akan terulang. Diriwayatkan dari al-Hasan al-Bashri
rahimahullah bahwa dia berkata:
مَا مِنْ يَوْمٍ يَنْشِقُ فَجْرُهُ اِلَّا وَيُنَادِى :“يَا اِبْنُ ادَمَ.اَنَا خَلْقٌ جَدِيْدٌوَعَلَى عَمَلِكَ شَهِيْدٌ,فَتَزَوَّدْ مِنّىفَاِنىِ اِذَا مَضَيْتُ لَا اَعُوْدُاِلَى يَىومِ القِيَامَةِTidak ada suatu hari yang fajar terbit pada hari itu kecuali dia akan berseru:”Wahai anak Adam sesungguhnya aku adalah makhluk baru, aku akan menjadi saksi terhadap amalan-amalanmu, maka berbekalah dariku, karena sesungguhnya apabila aku telah berlau, aku tidak akan kembali sampai hari kiamat.
Beliau juga berkata:
أَدْرَكْتُ أَقْوَامًا كَانَ أَحَدُهُمْ أَشَحَّ عَلَى عُمُرِهِ مِنْهُ عَلَى دَرَاهِمِهِ وَدَنَانِيرِهِAku pernah bertemu dengan suatu kaum yang salah seorang di antara mereka lebih kikir terhadap umurnya dibandingkan kikir mereka terhadap dirham (harta) mereka
Beliau juga berkata:
إِنَّمَا أَنْتَ أَيَّامٌ مَجْمُوْعَةٌ ، كُلَّمَا مَضَى يَوْمٌ مَضَى بَعْضُكَSeungguhnya kalian adalah kumpulan/rangkaian (hari-hari). Apabila berlalu satu hari maka hilanglah sebagianmu
Beliau juga berkata:
مَا أَطَالَ عَبْدٌ الْأَمَلَ إِلَّا أَسَاءَ الْعَمَلَTidaklah seseorang panjang angan-angan kecuali dia akan berbuat keburukan.
Ibnu Mas’ud radhiyallahu 'anhu berkata:
مَا نَدِمْتُ عَلَى شَيْءٍ نَدَمِي عَلَى يَوْمٍ غَرَبَتْ شَمْسُهُ، نَقَصَ فِيْهِ أجَلِي، وَلَمْ يَزِد فِيْهِ عَمَلِي”Tidaklah aku menyesal melebihi penyesalanku terhadap suatu hari di mana matahari terbit di dalamnya dan berkurang umurku akan tetapi tidak bertambah amalanku (kebaikan).”
Imam Ahmad rahimahullah pernah ditanya: ”Bagaimana engkau memasuki waktu pagi?”
Maka beliau menjawab:
فِيْ عُمْرٍ يَنْقُصُ وَذُنُوْبٍ تَزِيْدُ”Umurku berkurang sementara dosaku bertambah.”
من علامة المقت إضاعة الوقتو كانوا يحرصون كل الحرص على ألا يمر يوم أو بعض يوم دون أن يتزودوا منها بعلم نافع أو عمل صالححتى لا تتسرب الأعمار سدى و تضيع هباءTermasuk salah satu tanda hamba dibenci Allah adalah dia menyia-nyiakan waktu.”Dan mereka (para salaf) sangat bersungguh-sungguh untuk tidak melewatkan satu hari atau sebagian hari tanpa membekali diri mereka dari hari itu dengan ilmu yang bermanfaat atau amalan shalih, supaya tidak berlalu (habis) umur mereka dengan sia-sia dan terbuang dengan percuma.
Maka wajib bagi engkau wahai saudaraku untuk mengoreksi dan intropeksi diri …
Bagaimana engkau menghabiskan waktumu ????
Sesunguhnya
manusia adalah kumpulan waktu yang ia hidup di dalamnya, apabila dia
menyia-nyiakannya maka di telah menyia-nyiakan dirinya. Betapa banyak
kita menyia-nyiakan umur kita tanpa ada tambahan ilmu, amal dan tanpa
ada penyesalan.
CARA MEMANFAATKAN WAKTU
Lalu
apa kewajiban kita terhadap umur kita, supaya kita termasuk orang-orang
yang tidak menyesal pada hari kiamat ?
Kewajiban kita terhadap umur kita (waktu) adalah sebagai berikut:
Kewajiban kita terhadap umur kita (waktu) adalah sebagai berikut:
1.
Menjaganya seperti kita harta kita, bahkan lebih sungguh-sungguh lagi
dalam menjaganya, yaitu dengan bersungguh-sungguh mengambil faidah
darinya dalam hal-hal yang bermanfaat untuk dunia dan akherat. Dan para
ulama terdahulu (salaf) adalah orang yang paling semangat dalam menjaga
waktu dan mereka adalah orang yang paling tahu tentang nilai waktu.
Mereka tidak akan membiarkan waktu berlalu walaupu sekejap, tanpa
mengambil bekal darinya dengan ilmu yang bermanfaat, amal, shalih
mujahadah, atau memberikan manfaat kepada orang lain supaya tidak
berlalu (habis) umur mereka dengan sia-sia dan terbuang dengan percuma.
Mereka tidak pernah berpikiran bahwa: sekarang kita berbuat sesuka dan
semau kita……..dan besok mati dan pena (catatan amal) telah diangkat.
2.
Memanfaatkannya dengan sesuatu yahg paling penting kemudian yang
penting, jangan sibuk dengan sesuatu yang rendah dan tidak bermanfaat
dan meninggalkan sesuatu yang bermanfaat (menggunakan skala prioritas)
3.
Menjauhi sikap berlebih-lebihan dalam melakukan sesuatu mubah, karena
hal itu akan menyebabkan kita menyia-nyiakan waktu, kalau kita
melakukannya tidak dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu
wa Ta'ala. Karena hal yang mubah/boleh bisa menjadi ibadah kalau
diniatkan karena Allah.
4.
Menjadikan berlalunya siang dan malam sebagai pelajaran, karena
sesungguhnya siang dan malam yang bergantian adalah makhluk yang baru
dan keduanya telah melipat umur kita.
5. Bersungguh-sungguh untuk mendapatkan waktu yang telah Allah istimewakan
dengan kekhususan-kekhususan tertentu dari waktu-wqaktu yang lain,
sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta'ala mengistimewakan tempat-tempat
tertentu dibandingkan yang lainnya dan mengistimewakan hari tertentu
dari yang lainnya, bulan tertentu dari yang lainnya, seperti Ramadhan
diistimewkan oleh Allah dar bulan-bulan yang lainnya. Maka manfaatkanlah
bulan atau waktu-waktu itu dengan bersungguh-sungguh dalam beribadah
dan mendekatkan diri kepada Allah dengan sesuatu yang dicintai dan
diridhai Allah Subhanahu wa Ta'ala. Dan jangan engkau jadikan bulan atau
waktu-waktu yang penuh berkah ini berlalu sebagaimana waktu-waktu atau
bulan lain.
6.
Menghindari dan mewaspadai hal-hal yang menjadi perusak waktu, yang
paling berbahaya adalah panjang angan-angan di dunia dan tertipu dengan
amalan-amalannya (merasa amal shalihnya telah banyak), berprasangka baik
dengan dirinya, teman yang buruk, kelalaian dan menunda-nunda amalan
baik.
7.
Termasuk hak umurmu yang harus ditunaikan adalah supaya engkau
memakmurkan dan mengisinya dengan sesuatu yang bermanfaat dari ilmu dan
amal yang shalih. Jangan engkau menundanya sampai besok. Menanamlah hari
ini untuk engkau panen esok hari, kalau tidak maka engkau akan menyesal
di hari di mana tidak bermanfaat lagi penyesalan pada hari itu.
Seorang penyair berkata:
تزود
من التـقـوى فإنك لا تـدري ...........إذا جنَّ ليـل هل تعيـش إلى
الفـجـرفكم من سـليم مـات من غير عـلة ...........و كم من سقيم عاش حيناً
من الدهرو كم من فتى يمسي و يصبح آمناً ...........و قد نسجت أكفانه و هو
لا يـدري
Berbekalah dengan ketakwaan karena engkau tidak tahuApabila malam telah gelap apakah engakau akan hidup esok hariBetapa banyak orang yang sehat meningal tanpa didahului sakitDan betapa banyak orang yang sakit ternyata hidup lamaBetapa banyak seorang pemuda sore dan pagi harinya dalam kondisi amanPadahal kain kafannya telah digunting dan dia tidak mengetahuinya
Ibnu
Qayyim rahimahullah berkata:”Keuntungan terbesar di dunia adalah engkau
menyibukkan dirimu setiap saat dengan sesuatu yang paling utama dan
bermanfaat untuk kehidupan akherat. Bagaimana dikatakan berakal
seseorang yang menjual Surga dan kenikmatan di dalamnya dengan syahwat
(kesenangan dunia) yang hanya sesaat.”
Beliau
juga berkata: ”Menyia-nyiakan waktu lebih lebih berbahaya dari pada
kematian, karena menyia-nyiakan waktu memutuskanmu dari Allah dan
akherat, sedangkan kematian memtuskanmu dari dunia dan penghuninya.”
Sumber : http://www.alsofwah.or.id
Sumber : http://www.alsofwah.or.id
No comments:
Post a Comment