Merodja, 31 Jan 2014 "Meraih Surga dengan Sabar dan Syukur " Khotbahjumat.com
Meraih Surga dengan Sabar dan Syukur
الْحَمْدُ لِلّهِ الَّذِيْ يَقْضِيْ بِالْحَقِّ وَالْعَدْلِ وَيَهْدِيْ مَنْ يَشَاءُ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيْمٍ ، يُقَدِّرُ اْلأُمُوْرَ بِحِكْمَةٍ ، وَيَحْكُمُ بِالشَّرَائِعِ لِحِكْمَةٍ وَهُوَالْحَكِيْمُ اْلعَلِيْمُ ، أَرْسَلَ الرُّسُلَ مُبَشِّرِيْنَ وَمُنْذِرِيْنَ، وَأَنْزَلَ مَعَهُمُ اْلكِتَابَ لِيَحْكُمَ بَيْنَ النَّاسِ فِيْمَااخْتَلَفُوْافِيْهِ ، وَلِيَقُوْمَ النَّاسُ بِالْقِسْطِ وَيُؤْتُوْا كُلَّ ذِيْ حَقٍّ حَقَّهُ مِنْ غَيْرِغُلُوٍّوَلاَتَقْصِيْرٍ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى أَلِهِ وَالتَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَسَلَمَ تَسْليمًا
Ditulis oleh Nurfitri Hadi, M.A.
Jamaah shalat Jumat yang dirahmati oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala
Segala puji bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala
yang telah memberikan kenikmatan yang tak terhingga untuk kita semua,
semenjak kita lahir sampai saat sekarang ini nikmat Allah tidak ada
henti-hentinya Dia berikan kepada kita.
Di antara nikmat Allah
yang paling besar yang harus kita syukuri adalah nikmat Islam dan iman.
Keislaman dan keimanan adalah sebesar-besarnya jalan yang mengantarkan
seseorang berbahagia hidup di dunia terlebih lagi di akhirat. Berbeda
dengan orang-orang kafir, orang yang ingkar kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam, mereka terancam dengan kekal diadzab di neraka. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
وَالَّذِي
نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ، لَا يَسْمَعُ بِي أَحَدٌ مِنْ هَذِهِ
الْأُمَّةِ، يَهُودِيٌّ وَلَا نَصْرَانِيٌّ، ثُمَّ يَمُوتُ وَلَمْ يُؤْمِنْ
بِالَّذِي أُرْسِلْتُ بِهِ؛ إِلَّا كَانَ مِنْ أَصْحَابِ النَّارِ
“Demi Allah, tidaklah seorang pun dari umat ini, entah itu Yahudi atau Nasrani, yang mendengar tentang diriku, lalu ia mati dalam keadaan belum beriman dengan risalahku, melainkan ia akan menjadi penghuni neraka.” (HR. Muslim)
Oleh
karena itu kita ucapkan puji dan syukur kepada Allah yang telah
melahirkan kita dari orang tua yang muslim, sehingga kita pun menjadi
seorang muslim dan tumbuh di lingkungan orang-orang Islam. Hal yang
tidak dinikmati oleh bayi-bayi yang lahir dari orang-orang kafir
sehingga mereka tumbuh menjadi orang ingkar kepada Allah dan Rasul-Nya.
Kemudian shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga, sahabat, serta pengikut beliau hingga akhir zaman.
Kaum muslimin yang dirahmati Allah
Kehidupan
ini tidak terlepas dari cobaan dan ujian. Tidak ada seorang pun yang
terlahir ke dunia tanpa mengalami ujian sedikit pun. Seseorang yang kaya
dan berharta, ia Allah uji dengan kekayaannya, apakah ia bersyukur atau
malah kufur. Seseorang yang hidup dalam keadaan kurang, maka tidak
diragukan lagi ini adalah cobaan kehidupan. Allah uji orang tersebut
apakah ia bersabar atau malah menempuh cara-cara yang Allah haramkan
demi terbebas dari kemiskinan.
Segala puji bagi Allah yang telah
mengutus Rasul-Nya dari kalangan manusia agar kita sesama manusia bisa
mencontoh rekam jejak perjalanan Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Siapa di antara kita yang mengalami kemiskinan? Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam pun pernah merasakan kemiskinan. Istri beliau, ibunda Aisyah radhiallahu ‘anha
menuturkan “Dapur Rasulullah tidak pernah hidup (apinya) tiga hari
berturut-turut.” Siapa di antara kita yang menikmati kekayaan? Beliau
pun seseorang yang merasakan kekayaan, “Beliau berikan seluruh domba
beliau yang banyaknya memenuhi antara dua bukit kepada seseorang, agar
orang tersebut dan kaumnya menerima hidayah Islam.”
Siapa yang
bersedih mencela takdir karena kehilangan anggota keluarganya? Beliau
kehilngan ayah beliau ketika di dalam kandungan ibunya, ditinggal wafat
ibunya ketika beliau berusia 6 tahu, kemudian kakek dan pamannya pun
wafat meninggalkan beliau. Beliau juga ditinggal wafat dua orang istri
beliau di masa hidupnya, beliau menyaksikan anak-anaknya wafat terlebih
dahulu meninggalkan beliau, namun beliau adalah hamba Allah yang
bersabar.
Namun terkadang karena kelemahan iman, sering mendengar
ada orang-orang yang mengatakan “Ah, beliau kan Nabi dan Rasul Allah
yang dibimbing oleh wahyu, jadi wajar beliau bersabar.” Kalimat ini
hakikatnya tidak patut diucapkan bagi orang-orang yang beriman kepada
beliau. Buktinya ada orang-orang yang shalih yang mereka bukan Rasul dan
bukan pula Nabi, namun mereka bersabar ketika ditimpa musibah.
Kaum muslimin, jamaah Jumat rahimani wa rahimakumullah.
Pada
kesempatan kali ini, kita akan membawakan sebuah kisah seseorang yang
memenuhi hidupnya dengan kesabaran ketika ditimpa musibah dan bersyukur
di saat lapang. Cerita ini dikisahkan oleh Abdullah bin Muhammad dan
diriwayatkan oleh Imam Ibnu Majah dalam Kitab ats-Tsiqat. Abdullah bin Muhammad menuturkan:
Suatu
hari ketika aku menjaga di daerah perbatasan Aris di wilayah Mesir, aku
melihat sebuah kemah yang sempit di padang pasir yang terik. Lalu aku
pun mendekati kemah tersebut. Aku melihat ada seorang laki-laki yang
kedua tangannya buntung, kedua kakinya pun tiada, ditambah telinga yang
sudah tuli dan mata yang telah rabun. Namun aku mendengar ia mengatakan
رَبِّ
أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَأَنْ
فَضَّلْتَنِي عَلَى كَثِيْرِ مِمَّنْ خَلَقْتَ تَفْضِيْلًا
“Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat yang telah Engkau berikan kepadaku danbersyukur atas kemuliaan yang Engkau berikan kepadaku atas hamba-hamba-Mu yang lain.”
Maka aku pun heran
dengan apa yang ia katakan. Lalu aku mendekatinya dan aku tanyakan
“Wahai saudaraku atas nikmat Allah yang mana engkau bersyukur?” Ia
mengatakan, “Diamlah! Kalau sekiranya Allah datangkan lautan niscaya
laut tersebut akan menenggelamkanku, atau ia datang api yang menggunung
tentulah api tersebut akan membakar tubuhku, atau ia jatuhkan langit
pastilah langit itu menghancurkanku. Tapi aku akan senantiasa bersyukur
kepada-Nya.” Aku katakana, “Bersyukur atas apa?” Ia menjawab “Dia telah
menganugerhkanku lisan, yang senantiasa mengingat dan bersyukur
kepada-Nya.”
Lalu ia melanjutkan, “Saudaraku, aku memiliki seorang
anak yang biasa menyuapiku ketika akhu hendak makan dan mengantarkan
aku untuk beribadah. Namun tiga hari ini aku kehilangannya. Tolong
carikan ia untukku.” Aku pun mencarikan anaknya, ternyata sang anak
diterkam oleh hewan buas. Aku merasa bingung, kalimat apa yang akan aku
sampaikan sementara keadaannya sekarang saja sangat memprihatinkan.
Lalu
aku datang kepadanya, aku buka cerita dengan mengisahkan kisah Nabi
Ayyub. Aku katakana, “Wahai saudaraku tahukah engkau tentang Ayyub?”
“Iya aku mengetahuinya.” Jawabnya. “Bukankah Allah telah menjadikannya
miskin, lalu bagaimana keadaannya?” kataku. Ia menjawab, “Ia bersabdar.”
Allah pun mewafatkan anak-anaknya, bagaimana keadannya?” Sambungku. “Ia
bersabar.” Jawabnya. Lalu Allah pun menambah musibahnya dengan penyakit
di tubuhnya, bagaimana keadaannya? Tanyaku lagi. “Ia bersabar.” Lalu ia
memotong, “Saudaraku, katakana dimana anakku! Aku sangat lapar.” Aku
katakana, “Berharaplah pahala dari Allah atas musibah yang menimpamu,
anakmu dimangsa hewan buas.” Lalu ia mengucapkan, “Alhamdullah, segala
puji bagi Allah yang telah menganugerahkanku keturunan yang tidak
bermaksiat kepada-Nya sehingga ia tidak diadzab di neraka.” Lalu ia
tersendak dan wafat.
Melihat keadaan demikian, aku pun sempat
merasakan kebingungan. Bagaimana harus memandikan, mengafani, dan
menguburkannya seorang diri. Tak lama setelah itu, datanglah empat orang
penunggang kuda menghampiriku. Mereka bertanya, “Wahai saudara, apa
yang menimpamu?” Aku menjawab, “Aku bersama seseorang dan ia telah
wafat.” Lalu mereka meminta jasad yang telah kututupi itu dibukakan
wajahnya, bisa jadi mereka mengenal jasad tersebut.
Sontak ketika
melihat wajah jenazah tersebut mereka berteriak “Subhanallah!! Ini
adalah mata yang senantiasa menangis karena Allah, wajah yang tertunduk
karena takut kepada Allah, dan tangan yang senantiasa digunakan berdoa
kepada Allah.” Aku pun bertanya, “Wahai saudaraku, apakah kalian
mengenalnya?” Mereka menjawab, “Engkau tidak mengenalnya?! Ia adalah Abu
Qilabah sahabat dari Abdullah bin Abbas (sepupu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam). Ia menghindar dari jabatan hakim.”
Akhirnya
kami mandikan, kafankan, dan kami kuburkan ia. Keempat penunggang kuda
itu pun melanjutkan perjalanan dan aku kembali berjaga-jaga di daerah
perbatasan.
أَقُوْلُ قَوْلِي هَذا أَسْتَغْفِرُ اللهَ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْمِ
Khutbah Kedua
إِنّ
الْحَمْدَ لِلّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ
وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا
مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ
وَرَسُوْلُهُ وَصَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا
Kaum muslimin rahimani wa rahimakumullah
Kisah
Abu Qilabah tidak hanya usai sampai disitu saja. Ia adalah seorang yang
bersabar dengan musibahnya dan senantiasa bersyukur kepada Allah dengan
lisannya. Lalu apa buah dari amala agungnya ini. Abdullah bin Muhammad
kembali menuturkan kisahnya:
Di malam hari aku pun bermimpi di
tengah lelapnya tidurku. Aku melihat seorang laki-laki mengenakan sutera
hijau yang indah, berjalan dengan penuh wibawa, di sebuah taman (yang
dalam mimpiku) surga. Laki-laki itu mengulang-ulang ayat
سَلاَمٌ عَلَيْكُم بِمَا صَبَرْتُمْ فَنِعْمَ عُقْبَى الدَّارِ
“Keselamatan atas kesabaranmu. Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu.” (QS. Ar-Ra’du: 24)
Aku
menghampirinya dan bertanya, “Wahai saudaraku, bukankah Anda adalah
orang yang kemarin kami makamkan?” “Iya” Jawabnya. “Apa yang membuatmu
mencapai derajat yang mulia ini?” Tanyaku lagi. Ia menjawab,
“Sesungguhnya di surga itu ada sebauh derajat, yang tidak akan diperoleh
kecuali dengan bersabar ketika ditimpa musibah dan bersyukur di kala
lapang.”
Demikianlah
buah kesabaran, seseorang mencapai derajat yang tinggi lagi mulia di
dunia dan akhirat. Bisa jadi di dunia orang yang sabar itu terlihat hina
di mata orang lain, namun ia tetap mulia di sisi Allah dalam kehidupan
dunianya. Jangan sampai kita bersyukur kepada Allah tatkala lapang dan
mencela serta protes tatkala ditimpakan kesempitan. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
فَأَمَّا
اْلإِنسَانُ إِذَا مَاابْتَلاَهُ رَبُّهُ فَأَكْرَمَهُ وَنَعَّمَهُ
فَيَقُولُ رَبِّي أَكْرَمَنِ {15} وَأَمَّآ إِذَا مَاابْتَلاَهُ فَقَدَرَ
عَلَيْهِ رِزْقَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَهَانَنِ {16}
“Adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu dia dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan, maka dia akan berkata: “Tuhanku telah memuliakanku. Adapun bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rizkinya maka dia berkata: “Tuhanku menghinakanku.” (QS. Al-Fajr: 15-16)
Kita memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar menjadikan kita hamba yang senantiasa bersyukur kepadanya di kala lapang dan bersabar saat mendapatkan kesempitan.
اَللَّهُمَّ
صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى
إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى
إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
رَبَّنَا
اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا
تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلّاً لِّلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ
رَؤُوفٌ رَّحِيمٌ
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
رَبَنَا
ءَاتِنَا فِي الدّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا
عَذَابَ النّارِ. وَصَلىَّ اللهُ عَلىَ مُحَمَّدٍ وَعَلىَ آلِهِ وَصَحْبِهِ
تَسْلِيمًا كَثِيرًا وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ اْلحَمْدُ لِلهِ رَبِّ
اْلعَالمِينَ.
Ditulis oleh Nurfitri Hadi, M.A.
Merodja, 31 Jan 2014 "Meraih Surga dengan Sabar dan Syukur " Khotbahjumat.com
No comments:
Post a Comment